Mungkin akan terdengar aneh bagi telinga anda jika mendengar nama band asal Bandung yang memulai kiprahnya tahun 2005 dan meraih penghargaan emas di ajang kompetisi indie Asia Pasifik ini. Band ini justru mendapat banyak sambutan di negeri orang. Namanya Bottlesmoker.
Mereka khusus membuat musik kamar atau bedroom music. Maklum, mereka adalah anak indekos yang sering menghabiskan banyak waktu di kamar. Mereka indekos di kawasan Bandung, tak jauh dari Simpang McD Dago.
”Kami memulai band ketika masih D-3 Broadcast di Unpad Jatinangor. Saya suka musik kamar dan makin serius setelah ketemu Nobie,” kata Angkuy, panggilan Anggung. Angkuy dan Nobie adalah teman kuliah di S-1 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran.
Memang basis akademik mereka di broadcasting jadi nyambung dengan musik instrumen yang mereka buat. ”Kami suka buat jingle iklan radio. Setelah itu, ada yang memperkenalkan kami dengan perangkat lunak musik, yaitu Fruity Loop,” kata Angkuy.
Dari Fruity Loop itulah mereka membuat lagu-lagu. ”Ternyata banyak teman yang merespons positif. Dari situlah kami serius membuat lagu,” kata Nobie.
Musik yang mereka usung selalu menggunakan toy keyboard atau kibor mainan anak-anak.”Suara diciptakan dari midi dan sequencer. Laptop nyediain drum dan pengontrol suara instrumen untuk mengisi suara apa saja,” lanjut Nobie.
Selebihnya, suara diisi toy keyboard dan toy musical instrument, seperti glockenspiel rainbow yang mirip xilofon dan handbell atau bel tangan.
Mereka mulai memublikasikan karya ke internet tahun 2006 dengan konsep yang radikal, yaitu membagikan gratis single dan album mereka. Tak hanya berbagi gratis di MySpace, Bottlesmoker juga mendistribusikan musiknya lewat netlabel atau label internet. Tak ada bayaran untuk karya-karya mereka, tetapi itulah pilihan mereka.
”Pertama kali kami ditawari bergabung dengan netlabel Spanyol, namanya Neo Vinyl Records. Dia nawari buat album dengan materi lagu yang sudah kami unggah di MySpace,” kata Nobie.
Tahun 2006, di bawah netlabel Spanyol itu, mereka merilis album pertama, yaitu Before Circus Over. Tawaran kedua kemudian datang tahun 2008 dari netlabel Probablyworse Records dari Amerika Serikat untuk membuat album kedua, Slow Mo Smile.
”Album ini penyebarannya di luar dugaan kami. Mungkin karena distribusinya ditangani serius,” sambung Nobie.
Tahun 2009 hingga kini mereka belum merilis album baru. ”Cuma kami mendapat banyak tawaran untuk mengisi album kompilasi dari China, Jerman, dan Indonesia,” kata Angkuy.
Tak hanya itu, mereka juga menerapkan sistem sangat radikal dan unik dalam pendistribusian album, yaitu SASE, self addressed stamped envelope. ”Para peminat bisa mengirim CD kosong beserta amplop dan prangko untuk mendapatkan album kami. Kami akan membakarkan album, kemudian mengirim balik ke alamat,” ujarnya.
Selain dua album tadi, sebuah netlabel asal Rusia, yaitu Disco Ninjaz, juga menerbitkan single Bottlesmoker, yaitu ”Walls” dan ”Messenger Day”.
Inilah puncak ironi yang harus dialami Bottlesmoker. Tur pertama kali mereka adalah di Malaysia. ”Agustus 2009 kami tur keliling beberapa kota di Malaysia. Sedih rasanya, kami harus menggelar tur pertama bukan di Indonesia, melainkan di negeri orang,” kata Angkuy.
Pada September 2009 mereka menggelar konser mini atas undangan mahasiswa Indonesia di Jerman.
Tahun 2010, Bottlesmoker juga diundang Asian Festival yang berlangsung 14-19 April di Filipina. Mereka satu-satunya wakil Indonesia. Pada Juni ini mereka diundang kembali ke Filipina.
Tahun 2010, band ini memenangi dua penghargaan dari kompetisi musik indie Asia Pasifik atau AVIMA (Asia Pasific Voice Independent Music Awards). Mereka menyabet juara I kategori Best Electro/Dance Act. Tak hanya itu, mereka juga merebut Juara III kategori Best Electro/Dance Song.
”Penghargaan ini tentu berpengaruh terhadap popularitas kami. Terutama publik yang tadinya meremehkan konsep musik kami akhirnya mau memperhitungkan,” kata Nobie.
Efek berbagi musik gratis membuat kejutan balik. Banyak tawaran dari penggemar untuk membuatkan klip video secara gratis. Dua klip video ”Walls” yang berbeda dibuat orang Kanada dan California. Warga Ukraina juga membuatkan klip video ”Levoyage”.
Dari Indonesia kemudian ada Isha Hening yang membuatkan klip video ”Stringless Purslane”. Seorang penggemar dari Jakarta juga membuatkan klip video Before Circus Over.
Radikalisme berbagi gratis itu akhirnya menjangkit seperti virus.
0 komentar:
Posting Komentar